Monday, January 11, 2010

Redha

Salam

Kala hati merusuh walang
Jiwa tertekan pada hakikat
Rela dan terpaksa
Cuba untuk aku leraikan
Setiap kekusutan yang membelit

Redha aku pada sejalur kenyataan
Bukan dia untuk ku
Bukan aku untuk dia
Tidak kami untuk bersama
Redha aku dengan azimat

Ini bukan permainan
Akur aku dengan ceritera ini
Senyum manis ku buat penamat
Ada titis di tubir mata
Menahan sendu pada lambaian akhir

Bukan dia untuk ku.

1 comment:

Ad Rifza said...: KETENTUAN itu mana mungkin kita dapat TAKWIL..Apa yang berlaku REDHA itu perlu..PASRAH dengan apa sahaja yang berlaku akan menengkan jiwa.Walaupun kadang2 jiwa terusik tapi kita dapat tanganinya dengan AQAL yang TEGAR..INSYALLAH..; January 25, 2010 at 1:04 AM

Bahasa dari jiwa

Aku tidak setegar mentari, megah terang menghias siang. Aku mungkin hanya sejalur pelangi yang menumpang cahayanya mentari selepas hujan berlalu. Aku berubah dalam pelbagai warna, merona ceria penawar buat yang berduka. Rasailah kehadiran ku ibarat kau menatap pelangi sesudah hujan di balik cerahnya sinar mentari.

*********************************************************

Jangan terlalu memuji jika dihati tak pernah memuja

*********************************************************

Dulu Aku Punya Cinta

Dulu aku punya cinta...
yang sedianya ingin kuberi padamu
bersama seluruh rindu yang sanggup membuat
angin berhenti berhembus
bersama seluruh sayang yang mampu
membuat
ombak kehilangan buih-buih putihnya
bersama seluruh kata yang terukir
dalam bilah-bilah merahku..

Dulu aku punya cinta
yang sanggup mendentingkan lagu-lagu
indah
pada setiap titis embun di pagi yang
berkabut
yang mampu menggetarkan ujung-ujung
jemari
setiap kali gelombangmu mengusik sisi
diamku
yang menyusun kata-kata biru
yang terpancar tegas dari sudut-sudut
kerling matamu

dan kini
aku masih punya cinta ....
walaupun bukan kamu miliknya.....

Ikhlas
bRoAli

Hilangkan Segalanya...

Sudah cukup hatiku dilukai
sekian lama rasa tak dihargai
sampai bila harus aku menanti
saat indah setelah dikau pergi
kini ku hapus semua rasa mencengkam ini
hanya padamu ku meminta
aku pasrah

Hilangkan rasa gundahku
Hilangkan rasa lukaku
Hilangkah lah Segalanya
ku tak ingin sakit lagi
Hilangkan Kekosonganku
Hilangkan Keasinganku
Hilangkan lah segalanya
Ku tak ingin lara lagi
Hilangkanlah segalanya

Ku menanti saat sinar mentari
ku menanti cahaya dalam hati
ingin ku gapai bintang yang gemerlapan
agar terang jiwa yang kegelapan
kini ku hapus semua rasa mencengkam ini
hanya padamu ku meminta
aku pasrah

Redha

"Saya minta kepada Allah setangkai bunga yang segar, DIA bagi saya Kaktus berduri. Saya minta kupu-kupu yang cantik, diberi ulat berbulu. Saya sedih & kecewa. Namun kemudiannya, Kaktus itu berbunga, indah sekali. dan ulat itupun bertukar menjadi kupu-kupu yang cantik. Itulah jalan Allah. Indah pada masanya. Allah tidak memberi apa yang kita harapkan tapi DIA beri apa yang kita perlukan. kadang2 kita sedih, kecewa, terluka.... tapi jauh diatas segalanya DIA sedang mengaturkan yang terbaik dalam kehidupan kita..."

Rahsia yang terlerai.....

Pada satu sudut di ruangan hati
Tersorok rasa menyatakan rindu

Rindu.....
Rindu pada segala yang ada pada dia
Rindu pada senyum yang di ukir tatkala aku kalah
dengan hujah2nya....
Rindunya aku untuk bersamanya kembali
Menelusuri batas-batas kehidupan ini
Seperti sebelumnya....

Seperti dulu....
Pada ketika rahsia itu masih utuh sebagai rahsia
Ketika bahagia itu seperti telah dijanjikan untuk kami
Semasa hati mekar bersama cintanya....
Pada detik sayang bersulam rindu....
Hati berdetik kata cinta...dan
Rindu itu hanya untuk dia
Itulah detik ikatan rahsia meleraikan segalanya
Leraian itulah menyeret aku dalam emosi ini....

Rahsia dulu bukan lagi rahsia kini
Hati aku kaku dan membeku
...dan jantung seolah berhenti degupnya....
Airmata laju telusuri tubirnya
Jiwa memberontak mencari dimana salah
dan siapa yang bersalah.....
Hati merintih pohon pengertian.

Ya Allah, aku pohon kekuatan Mu

Melankolik Rasa Sebuah Kesilapan

SAYA MANUSIA BIASA

Saya hanya manusia biasa
terbias kata dari hati
menilik diri pada cerminan realiti
titis jernih tidak pernah kenal erti kering
setia bertandang kala hati sebu dan sebak
Saya masih lagi manusia biasa
kesilapan sering mengusik ruang
membilang dan menghitung
tulah-tulah kesilapan dulu
mengira-ngira kesal yang berbunga
ada kala ibarat lalang
mengikut saja puput sang angin bertiup
Saya tetap manusia biasa
punya rencah rasa yang berjuta
bersarang, mengikat
menjerat dan terjerat
kelat rasa, pahit mengundang
sakit di kesan, merah mengalir
ria tawa terselit dalam tangis dan lara
kerana
Saya manusia biasa.